“Jika menganggap kisah-kisah berlatar pesantren cenderung stereotip, bacalah novel ini. Di dalamnya kita akan mendapatkan pelajaran berharga, sekaligus kisah yang menyentuh.”
Demikian endorsement yang diberikan Asma Nadia untuk novel karya Randu Alamsyah yang berjudul Jazirah Cinta ini.
Secara harfiah, “Jazirah” memiliki arti “pulau” atau “daratan”. Sedang yang dimaksud Jazirah Cinta dalam novel ini ialah Kalimantan.
Setting Kalimantan, atau lebih tepatnya Kalimantan Selatan, menjadi nilai plus tersendiri bagi novel ini, yang menggoda kita untuk menikmati tiap halamannya sampai habis. Tidak mengherankan jika sekarang novel ini sudah best seller, cetak ulang, dan sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Malaysia.
Novel dengan tebal 278 halaman yang diterbitkan oleh penerbit ZAMAN ini bercerita tentang seorang santri bernama Syamsu. Kisah silam hidupnya yang kelam membuatnya kaya akan jiwa. Sebagai seorang remaja yang menginjak dewasa, ia pun jatuh cinta, pada dua wanita cantik. Pertama ialah Lula, seorang wanita tuna susila yang tinggal di Pal 18 (lokalisasi yang tidak jauh dari pesantrennya) dan seorang anak Kiai tempat ia berkhadam, bernama Salwa. Rahasia Tuhan memang sulit ditebak, kisah cintanya tersebut berujung tragis; Lula ingin mengajaknya berzina, dan waktu pakaian mereka terlepas ketahuan oleh pihak pesantren. Syamsu dikeluarkan. Namun akhirnya dia menemukan cinta sejatinya.
Benar kata Asma Nadia, membaca novel ini akan membawa kita pada suasana mengharu biru. Randu Alamsyah berhasil memadukan kisah cinta yang memesona dengan pelajaran hidup.
Dua hal yang cukup mengganggu bagi saya, yaitu kualitas kertas serta halaman yang cepat terlepas.[] Zian
0 komentar: