1. Melepas kebosanan, Rebiya mendendangkan sebuah lagu. Lagu kesayangannya saat ia masih kanak-kanak. Sederhana namun membuatnya merasa bersemangat. Ia membayangkan dirinya dulu menyanyikan lagu yang sama di atas panggung dengan mengenakan baju berwarna-warni. Pada saat perayaan panen besar. Rebiya tersenyum.
Matanya kemudian menyapu daratan di pinggir sungai, juga tetumbuhan hijau yang mirip sepeti pacar air.
2. Gadis itu keluar dari keramaian orang-orang di bandara Syamsudin Noor, mencari tempat yang agak sepi dekat pelataran parkir. Ia menyandarkan tas jinjingnya di dinding kemudian mendudukinya. Lalu ia mulai memasang mata mencari Armie.
3. Sudah sebulan Ilham menolak ajakan saya ke kantin. Awalnya saya memang tidak peduli. Mau menghabiskan waku istirahat ke perpustakaan, tidur, ngobrol, terserah dia. Tapi…
4. Aku membeli makanan di toko, menyeberang jalan, menyusuri rel kereta api, berbelok ke jalan antara rumah-rumah yang menurutku kurang terurus, lalu ….
5. Namun kehidupan berkata lain. Waktu berjalan terus, zaman berganti. Ia mesti terusir. Mau tidak mau ia harus tercerabut dari tanah yang dicintainya. Tercerai berai dari komunitasnya. Menghancurkan impiannya. Yah, adik bungsunya telah menjual tanah warisan leluhur itu pada seorang cukong! Ia dan seluruh keluarganya mesti pergi ke daerah pinggiran, tempat yang masih bisa menerima mereka. Meninggalkan sejuta kenangan yang telah tertanam disana. Sebuah pengorbanan yang harus dilakukannya demi sebuah metropolitan.
Luka ini masih membekas dalam. Mengapa mesti terusir dari tanah sendiri, padahal ia ingin menghabiskan sisa umurnya di tempat itu?
0 komentar: