Tidak banyak penulis banua yang mampu menghasilkan sebuah novel, apalagi sampai best seller dan bahkan diterjemahkan ke bahasa Malaysia seperti tokoh kita kali ini, Randu Alamsyah.
Saya mengenal Randu (demikian ia biasa disapa) sebagai seorang kawan blogger, dan juga seorang wartawan Radar Banjarmasin pemegang rubrik Cakrawala Sastra. Setiap hari Ahad kita bisa menikmati esai karyanya yang sarat akan kritikan ‘manis’ dan nilai sosial di rubrik Cakrawala Sastra pada kolom Bilik Sunyi. Tulisan-tulisannya yang lain juga bisa dinikmati di blog pribadinya: Bilik Sunyi Randu Alamsyah dengan alamat http://randualamsyah.wordpress.com.
Randu Alamsyah merupakan nama pena dari Muhammad Nur Alam Machmud, lahir 25 Juni 1983 di Manado, Sulawesi Utara. Ia pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ilmi Liang Anggang, dan barangkali pengalamannya selama nyantri itulah yang mengilhami kelahiran master piece-nya tersebut: Jazirah Cinta.
Randu pernah pula mengenyam bangku kuliah hingga semester II di Fakultas Tarbiyah STAIN Sultan Amai, Gorontalo. O ya, dengar-dengar ia juga sedang merampungkan novel keduanya yang merupakan buah pengalamannya selama kuliah di Gorontalo tersebut.
“Hidup ini singkat, sementara harus ada yang diceritakan agar tak sia-sia,” begitulah kata-katanya yang selalu saya ingat.[] Zian
1 komentar:
jajirah cinta salah satu novelnya mang hehhehhe.....
aku juga baca,,,,