Oleh: Kamal FPP
Buku bacaan seperti apa yang dicari orang sat ini? Sastra? Ilmiah? Atau komik?
Membaca adalah suatu kebutuhan pokok manusia. Dari membaca kita tahu banyak hal, terutama ilmu pengetahuan. Kita lihat bangsa Jepang, tak mau terpuruk setelah peristiwa Hirosima dan Nagasaki. Mereka bangkit kembali setelah mengembangkan budaya membaca, dan bahkan kemajuan mereka melebihi bangsa-bangsa lain, terutama Indonesia.
Nah, bagaimana dengan Indonesia, apakah budaya membaca sudah tertanam dalam diri rakyatnya yang tak ingin terus-menerus hidup dalam ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain? Jawabannya menurut saya adalah kurang. banyak di antara rakyat-rakyat Indonesia, terutama rakyat yang kurang mampu, hanya terfokus pada melakukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehingga tak sempat atau tidak memikirkan untuk membiasakan membaca.
Salah satu faktor utama minat membaca ialah buku bacaannya. Minat baca masyarakat, khususnya generasi muda penerus bangsa sangat banyak kepada novel, majalah, tabloid, dan bacaan-bacaan lain yangkebiasaan bersifat teenlit dan bukan suatu karya ilmiah. Mengapa demikian? Karena karya ilmiah biasanya lebih memfokuskan pada materi dan tidak terlalu mempermasalahkan pada gaya bahasa, sehingga pembaca akan dibuat lekas bosan dengan gaya bahasa ilmiah tersebut, kecuali orang-orang yang memang sangat ingin mempelajari kajiannya.
Nah, untuk memajukan negara lewat budaya membaca, haruslah bacaannya bersifat ilmiah yang ‘memintarkan’. Dan bahasanya pun harus dibuat sedemikian rupa agar orang berminat untuk membacanya. Disini, para penulislah yang mempunyai tugas penting, menyelipkan nilai-nilai ilmiah dalam tulisannya baik itu para novelis, cerpenis, dan para redaksi majalah. Seperti yang dilakukan Andrea Hirata pada tetralogi Laskar Pelanginya. Penyajian sastra dipadu dengan sains, motivasi belajar, dan sejarah sangat menampakkan bukunya bukan buku sembarangan yang kosong tanpa isi, tetapi buku yang sangat bermutu dan dapat mencerdaskan. []
0 komentar: