Oleh: Anshor FPP
http://anc4yimuet.blogspot.com
Sejak awal aku memang punya minat yang besar dalam hal tulis-menulis. Berawal dari membaca novel cinta My Heart, aku pun berkeinginan menciptakan sebuah novel cinta. Tapi sayang, sampai sekarang belum ada satu novel pun yang berhasil kuliris. Aku kekurangan ilmu olah bahasa, juga ilmu-ilmu pendorong lainnya yang bisa membantuku untuk menjadi seorang novelis. Aku terhenti.
Sampai kudengar di pesantrenku ini ada sebuah forum pembelajaran kepenulisan. Hatiku terpanggil untuk bergabung. Tapi belum jelas apa nama forum itu, juga dengan siapa aku bisa mengajukan diri untuk bergabung.
Aku terus mencari informasi. Semua teman-teman sudah kutanya. Tapi ternyata mereka sama sekali tak tahu menahu tentang forum itu. Ya wajar saja, waktu itu kami kan baru hendak naik ke kelas dua Tsanawiyah jadi masih belum terlalu terbiasa bergaul di pesantren ini. Apalagi aku yang orangnya terkesan cuek. Jadi susah untuk akrab dengan orang lain. Dan setelah mencari hampir setengah tahun lamanya, tepatnya tiga bulan tiga mingguan barang kali, akhirnya kutemukan juga apa yang kucari itu. Siang itu, kulihat temanku Aziz sedang asyik mencorat-coret bukunya. Aku jadi penasaran apa yang sebenarnya dia coret. Dan ternyata dia sedang menulis cerpen. Hah,cerpen..?! Iya, cerpen!
Saat kutanya untuk apa dia nulis cerpen, dia menjawab bahwa itu adalah tugas dari FPP. Oh ternyata nama Forum itu FPP. Aku langsung menanyakan banyak hal. Mulai dari apa FPP itu sebenarnya, apa saja kegiatannya, siapa pendirinya, ketuanya, dan pastinya tentang bagaimana caranya untuk bergabung di sana. Aziz bilang, sebenarnya aku bisa saja langsung ikut dalam pertemuan FPP yang diadakan malam itu dan langsung resmi menjadi anggota tanpa perlu mendaftar macam-macam. Tapi aku menolaknya, kurasa itu kurang berkesan. Kupinta Aziz menyampaikan niatku untuk bergabung kepada Zian selaku ketua dan pembimbing saat itu. Terpaksalah aku minta tolong kepada Aziz, karena dia memang seniorku jadinya lebih banyak tau tentang pesantren ini daripada aku.
Singkat cerita, sejak itu aku pun aktif dalam FPP. Dan setelah dua bulan aku bergabung, nama FPP sudah menyebar ke seantero pesantren. Ini semua adalah buah dari kejeniusan sang pembimbing FPP, ZIAN ARMIE WAHYUFI. Dapat dilihat di mading pesantren, setiap edisinya diisi oleh karya anak-anak FPP. Ditambah lagi dengan embel-embel FPP di belakang nama pencipta karya itu makin mengokohkan bahwa FPP telah berhasil menanamkan bibit-bibit penulis yang kelak mungkin bisa menjadi penulis nomor wahid Indonesia. Itu mungkin saja terjadi kalau melihat semangat sang pembimbing yang menggebu.
Sekarang FPP telah mampu menerbitkan majalah yang sepadan dengan majalah sastra luar. Namun kayaknya sang pembimbing akan merubah total FPP, yang asalnya adalah tempat pembelajaran kepenulisan menjadi sebuah komunitas penulis yang di dalamnya hanya ada orang yang benar-benar suka menulis. Menjadikan menulis sebagai keindahan, bukan suatu beban yang melelahkan.
0 komentar: