Kemajuan memang perlu, bahkan butuh. Tapi dapatkah kemajuan adalah murni kemajuan; tanpa menimbulkan dampak negatif pada hal-hal rositif yang sudah ada sejak lama? Secara, kamajuan bersifat baru dan membaharui.
Semisal globalisasi. Benar memang tidak selama dan semua pengglobalisasian bersifat negatif; betapa banyak kamajuan-kamajuan positif yang telah kita capai dengannya. Tapi secara bersamaan, kita pun harus mengakui bahwa, budaya kita, misalnya, telah banyak terpengaruh oleh budaya-budaya luar.
Sebagai contoh, budaya Islam kita. Sebagaimana bangsa ini didominasi penduduk muslim, bukankah semestinya kekentalan budaya Islam kita harus tetap terjaga sampai kapanpun juga? Kemudian mari kita lihat di era sekarang; era globalisasi ini, mencapai 50%-kah penduduk penganut Islam yang benar-benar menjaga kesuciannya? Semisal dalam hal berpakaian, telah terkemanakan budaya berpakaian secara Islam kita? Sementara itu, produksi kain di Indonesia semakin lama semakin menurun saja, sehingga desain-desaain model pakaian pun ikut mengecil, mengetat, membuka, memamerkan, membebaskan, menyegarkan….
Nah, bukankah ini suatu kenegatifan? Lalu, siapa yang mau kita salahkan atas semua ini?[] Farid
1 komentar:
Perlu dibedakan Budaya Islam ato budaya penganut islam,yang membawa budayanya kedalam islam?.
Mengenai jilbab, siapa yang meragukan ke `aliman Quraisysyihab? Gusdur, Cak Nur?
Lihatlah anak mereka? apakah memakai jilbab?
Kemudian kembali kejaman penjajahan, lihat bung hatta? tanya sama omm google bagaimana profil bung hata? tapi lihatlah foto2 istri nya?
wal hasil....