Apa mungkin, kita yang tak pernah ke Turki bisa bercerita dengan setting Turki? Mungkin bisa, dengan membaca di buku atau internet. Tapi, penghayatan tulisan kita tentang apa yang ada di sana seperti tidak hidup. Itu disebabkan karena kita tak pernah merasakan keadaan yang sebenarnya.
Coba kita menulis tentang Banjarmasin. Tentunya kita bisa mendeskripsikan aliran sungai Martapura yang keruh dengan kelotok-kelotok yang berlalu-lalang di atasnya, elang-elang yang asyik bermanuver, nini-nini menjajakan rambutan, anak-anak yang sedang asyik balumba, acil-acil yang sedang mencuci di lanting, dan julak-julak yang berwudu ingin mengerjakan sholat. Bahkan kita bisa mendeskripsikan yang lebih dari itu, sehingga tulisan terasa sangat hidup dan asyik diimajinasikan, walaupun hanya cerita fiksi.
Itu untuk latar. Untuk tokoh yang kita jadikan tokoh pun, lebih baik jika kita menjadikan orang-orang yang sudah kita kenal. Mulai dari sifat, kebiasaan, status sosial, bahkan sampai postur tubuh. Misalkan sifatnya cengeng, kebiasaannya pelupa, statusnya orang sederhana, seorang pekerja di bengkel, dan tingginya 150-an. Kita bisa menambahkan lagi, dengan misalnya wajahnya agak melonjong ke bawah, alisnya tebal, punya tiga helai janggut di dagunya, dan lain-lain. Itu cuma untuk satu tokoh, untuk tokoh-tokoh yang lain kita bisa membuat sifat-sifat yang berbeda. Dan hasilnya, perpaduan tokoh yang sudah kita kenal, berlatar tempat yang sudah kita kenal menghasilkan sesuatu karya yang terasa lebih hidup saat membaca dan mengkhayalkan. Selamat mencoba. Tempat yang ada di sekitarmu menyimpan sesuatu yang asyik untuk diimajinasikan.[]Kamal.
0 komentar: