Saya berasal dari desa yang kurang mengenal sastra. Mungkin hanya mengenal dari pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah. Pernah kami disuruh membuat cerpen. Yah, membuat cerpen hanya mengerjakan tugas. Hasilnya, banyak yang membuat dengan kalimat terulang. Misalnya: lalu, dan, kemudian, dan akhirnya. Setelah mendapat sedikit koreksi, kertas yang dikumpul itu dikembalikan, disimpan, dan dilupakan. Tak ada yang berminat menjadikannya hobi, atau sebuah ilmu yang harus betul-betul diresapi. Belum ada motivator yang memotivasi anak-anak bangsa di desa.
Apa motivator hanya memotivasi para pelajar di kota? Salah satu yang belum tergali dari ladang potensi anak desa adalah minat terhadap sastra. Diperlukan adanya motivasi yang disuarakan langsung kepada mereka. Tidak bisa hanya dengan motivasi-motivasi yang ditulis, dicetak, dan dipasarkan. Tetapi dengan turun tangan langsung para penulis dan sastrawan yang tak ingin kecintaan terhadap sastra itu sangat redup di alam pedesaan, yang menyimpan begitu banyak keceriaan, pengalaman, kebersamaan, dan keindahan alam yang sangat perlu didokumentasikan melalui tulisan. Sayang jika hanya berlalu begitu saja. Padahal desa punya sumber daya manusia yang berkualitas, hanya belum digali dan tergali.
Salah satu cara yang pas, mengadakan semacam dakwah di sekolah-sekolah dasar pedesaan. Mengajak anak-anak mulai menggoreskan pena, mencintai sastra, dan melahirkan sosok-sosok baru dalam dunia sastra. Membeberkan padamereka manfaat menulis. Karena apa menfaat menulis juga dibeberkan? Karena arus perkembangan modernisasi yang menggila saat ini, pada akhirnya juga telah menyambangi pedesaan. Saya prihatin dan miris. Mereka lebih memilih bekerja ketimbang sekolah. Bekerja langsung menghasilkan uang, belajar belum tentu langsung memahami apa yang diajarkan dan hasilnya belum langsung dirasakan, kira-kira begitulah pemikiran mereka.
Pemikiran demikian perlu diluruskan dan dibenahi. Salah satunya memotivasi untuk mulai berkarya dengan ilmu yang dimiliki dan menambah wawasan. Perlu munculnya sastrawan yang hanya menimba ilmu di pedesaan , karena mereka juuga punya potensi seperti anak bangsa lain di negri ini. []Kamal
0 komentar: